Minggu, 27 September 2015

Lestarikan kami wahai Manusia.



Nama : Tri Yuni Gasianty
umur : 26 Tahun
Alamat : Komp Sangkuriang Indah Blok F No 8 RT 59 RW 23 Kecamatan Sako Palembang
Telepon : 0852 68283356

Tema : “Bagaimana Rumah yang nyaman untuk Badak”
Judul : Lestarikan kami wahai Manusia.

Badak jawa, atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.


Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi pemulihan.
Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak jawa masih berada pada risiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah.
Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
Badak jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak jawa kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu kelompok kadang-kadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.
Populasi Badak Jawa
Badak ini dulu menjadi satu di antara badak di Asia yang sangat banyak menyebar. Walau disebut dengan badak jawa, binatang ini tak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, namun di semua Nusantara, di sepanjang Asia Tenggara serta di India dan Tiongkok. Spesies ini saat ini statusnya amat krusial, dimana cuma sedikit populasi yang bisa ditemukan di alam bebas, serta tak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan merupakan mamalia terlangka yang ada di bumi. Sekitar 40-50 populasi  badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Dan populasi Badak Jawa di alam bebas yang lain terdapat di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam dan diperkiraan populasi tak kian lebih delapan ekor pada th. 2007. Menyusutnya populasi badak jawa disebabkan oleh perburuan untuk di ambil culanya, yang amat bernilai pada proses pengobatan tradisional Tiongkok, dan harganya mencapai $30. 000 per kilogram di pasar gelap. Menyusutnya populasi badak ini juga dikarenakan oleh kehilangan habitat, yang terlebih disebabkan oleh perang, layaknya perang Vietnam di Asia Tenggara juga mengakibatkan menyusutnya populasi badak Jawa serta menghambat pemulihan. Tempat yang masih tersisa cuma ada di dua tempat yang telah dilindungi, namun badak jawa tetap ada pada risiko diburu, sensitif pada penyakit serta menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam proses berkembangbiak. WWF Indonesia mengupayakan untuk mengembangkan ke-2 untuk badak jawa di karenakan bila berlangsung serangan penyakit atau bencana alam layaknya tsunami, letusan gunung berapi Krakatau serta gempa bumi, populasi badak jawa dapat segera punah. Disamping itu, di karenakan invasi langkap ( arenga ) serta persaingan dengan populsai banteng untuk ruang dan juga sumber, maka populasinya makin terdesak. Lokasi yang diidentifikasikan aman serta relatif dekat yaitu Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang mana dulu jadi habitat badak Jawa

Badak jawa bisa hidup sepanjang 30-45 th. di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan yang ada di dataran rendah, padang rumput basah serta tempat daratan banjir besar. Badak jawa umumnya memiliki sifat yang tenang, terkecuali pada saat kenal-mengenal serta membesarkan anak, meskipun satu grup terkadang bisa berkumpul di dekat kubangan serta area memperoleh mineral. Badak dewasa tak mempunyai hewan pemangsa sebagai musuhnya. Badak jawa umumnya menjahui manusia, namun dapat menyerang manusia bila ia merasa diganggu. Peneliti serta pelindung alam jarang meneliti binatang itu dengan cara langsung di karenakan kelangkaan mereka serta ada bahaya mengganggu sbuah spesies terancam. Peneliti memakai kamera serta sampel kotoran untuk bisa mengukur kesehatan serta perilaku mereka. Badak Jawa lebih sedikit dipelajari dari pada spesies badak yang lain.

 

Ciri Ciri Dan Sifat Badak Bercula Satu, Populasi | Badak bercula satu atau dikenal juga dengan badak jawa dengan nama latin rhinoceros sondaicus merupakan hewan khas indonesia yang saat ini terancam punah. Badak jenis ini termasuk dalam anggota famili rhinocerotidae. Badak jawa memiliki kulit yang sangat keras yang berguna sebagai salah satu pertahanan diri, badak jawa memiliki panjang sekitar kurang lebih 3 meter dan mempunyai tinggi sekitar 1,7 meter dengan berat badan dapat mencapai 2.300 kilogram.  Sesuai dengan namanya, badak jenis ini hanya mempunyai satu buah cula yang cukup kecil dengan ukuran sekitar 20 centimeter.

Persebaran dan Habitat Badak Jawa

Perkiraan yang sangat optimistis memperkirakan bahwasanya lebih sedikit dari 100 badak Jawa tetap ada di alam bebas. Mereka di anggap sebagai suatu mamalia yang sangat terancam ; meskipun tetap ada badak Sumatra yang area hidupnya tak dilindungi layaknya badak Jawa, dan sebagian pelindung alam berasumsi mereka mempunyai risiko yang semakin besar. Badak Jawa diketahui tetap hidup di dua area, Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat pulau Jawa dan Taman Nasional Cat Tien yang terdapat lebih kurang 150 km sebelah utara Kota Ho Chi Minh.
Binatang ini dulu menyebar dari Assam dan Benggala ( area tinggal mereka dapat saling melengkapi pada badak Sumatra dan India di area tsb ) ke arah timur hingga Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, dan ke arah selatan di wilayah semenanjung Malaya, dan pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Badak Jawa hidup di rimba hujan dataran rendah, rumput tinggi dan area tidur alang-alang yang banyak dng sungai, dataran banjir besar atau tempat basah dng banyak kubangan lumpur. Meskipun dlm histori badak jawa suka tempat rendah, subspesies di Vietnam terdorong menuju tanah yang lebih tinggi ( di atas 2. 000 m ), yang dikarenakan oleh masalah dan perburuan oleh manusia.
Area hidup badak jawa sudah berkurang sepanjang 3. 000 th. paling akhir, diawali lebih kurang th. 1000 SM, area hidup di utara badak ini meluas ke Tongkok, namun mulai bergerak ke selatan dengan cara kasar pada 0. 5 km per th. di karenakan penetap manusia meningkat di tempat itu. Badak ini mulai punah di India pada dekade awal era ke-20. Badak Jawa diburu hingga kepunahan di semenanjung Malaysia th. 1932. Pada akhir perang Vietnam, badak Vietnam diakui punah selama tanah utama Asia. Pemburu lokal dan penebang rimba di Kamboja mengklaim lihat badak jawa di Pegunungan Cardamom, namun survey pada tempat tsb gagal mendapatkan bukti. Populasi badak Jawa juga barangkali ada di pulau Kalimantan, meskipun spesimen tsb barangkali adalah badak Sumatra, populasi kecil yang tetap hidup disana

·        Sifat

Badak jawa merupakan binatang yang sifatnya tenang terkecuali saat mereka berkembang biak dan di saat seekor inang mengasuh anaknya. Terkadang mereka dapat berkerumun membentuk grup kecil  di area mencari mineral dan kubangan lumpur. Berkubang di lumpur yaitu karakter umum seluruh badak utk melindungi suhu tubuh dan menolong menghindar penyakit dan parasit. Badak jawa tak menggali kubangan lumpurnya sendiri dan lebih senang memakai kubangan binatang yang lain atau lubang yang nampak dengan cara alami, yang dapat memakai culanya untuk jadi besar. Area mencari mineral juga amat mutlak di karenakan nutrisi utk badak di terima dari garam. Wilayahi jantan semakin besar dibanding betina dengan besar lokasi jantan 12–20 km² dan lokasi betina yang diperkirakan 3–14 km². Lokasi jantan semakin besar dari pada lokasi wanita. Tak diketahui apakah ada pertempuran teritorial.
Jantan menandai lokasi mereka dengan cara menumpukan kotoran dan percikan urin. Goresan yang di buat dengan kaki di tanah dan gulungan pohon muda juga dipakai untuk berkomunikasi. Bagian spesies badak yang lain mempunyai rutinitas khas buang air besar pada tumpukan kotoran badak besar dan lantas menggoreskan kaki belakangnya pada kotoran. Badak Sumatra dan Jawa saat buang air besar di tumpukan, tak lakukan goresan. Adaptasi karakter ini diketahui dengan cara ekologi ; di rimba hujan Jawa dan Sumatera, metode ini barangkali tak bermanfaat utk menyebar bau.
Badak jawa mempunyai lebih sedikit nada dari pada badak sumatra ; amat sedikit nada badak jawa yang diketahui. Badak Jawa dewasa tak mempunyai musuh alami tak hanya manusia. Spesies ini, terlebih sekali di Vietnam, yaitu spesies yang melarikan diri ke rimba saat manusia mendekat hingga sukar utk meneliti badak. Saat manusia terlampau dekat dng badak jawa, badak itu dapat jadi agresif dan dapat menyerang, menikam dng gigi serinya di rahang bawah sesaat menikam keatas dng kepalanya. Karakter anti-sosialnya barangkali adalah adaptasi tekanan populasi ; bukti histori mengusulkan bahwa spesies ini dulu lebih berkelompok.


·        Makanan

Badak jawa merupakan hewan herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terlebih tunas, ranting, dedaunan muda dan buah yang jatuh. Umumnya tumbuhan yang disukai oleh spesies ini tumbuh di tempat yang terkena cahaya matahari : pada pembukaan hutan, semak-semak dan jenis vegetasi yang lain tanpa pohon besar. Badak menjatuhkan pohon muda utk meraih makanannya dan mengambilnya dng bibir atasnya yang bisa memegang. Badak Jawa yaitu pemakan yang sangat bisa beradaptasi dari seluruh spesies badak. Badak diperkirakan makan 50 kg makanan /hari. Layaknya badak Sumatra, spesies badak ini membutuhkan garam utk makanannya. Area melacak mineral umum tak ada di Ujung Kulon, namun badak Jawa tampak minum air laut utk nutrisi sama yang diperlukan.



·        Reproduksi Badak Jawa

Karakter seksual badak Jawa sukar dipelajari di karenakan spesies ini jarang dilihat dengan cara langsung dan tak ada kebun binatang yang mempunyai spesimennya. Badak Jawa Betina mencapai kematangan seksual pada umur 3-4 th. sesaat kematangan seksual jantan pada usia 6. Kemungkinan untuk bisa hamil diperkirakan akan terlihat pada periode 16-19 bln.. Interval kelahiran spesies ini 4–5 th. Empat spesies badak yang lain mempunyai karakter pasangan yang serupa
badak jawa mencapai tingkat kematangan seksual pada usia sekitar 3 sampai empat tahun untuk badak betina, sedangkan badak jantan mencapai tingkat kematangan seksual pada usia 6 tahun.  Walupun badak ini mempunyai badak jawa, namun penyebaran badak ini tidak hanya terdapat di pulau jawa tetapi di seluruh kawasan nusantara dan juga beberapa tempat di asia tenggara. Namun populasi terbesar badak jenis ini adalah di pulau jawa. Badak bercula satu mepunyai habitat di kawasan padang rumput basah, hutan hujan dataran rendah, dan juga daerah dataran banjir besar. Di alam bebas, badak jawa mampu bertahan hidup sampai usia sekitar 45 tahun.
Badak jawa termasuk hewan yang tenang, namun saat masa kawin dan juga membesarkan anak, badak jawa akan berubah menjadi agresif. Kebiasaan yang serin dilakukan badak jawa adalah berkubang di daerah berlumpur di bawah terik matgahari. Hal ini dilakukan untuk menjaga suhu tubuh badak dan juga mencegah penyakit dan juga parasit di tubuhnya. Badak jawa merupakan pemakan tumbuhan atau bisa juga disebut binatang herbivora.



Upaya yang dilakukan WWF untuk perlindungan Badak Jawa
WWF dan mitra kerjanya membantu petugas Balai Taman Nasional memonitor badak melalui kamera trap dan analisis DNA dari sampel kotoran. Sejak pertama kali dimulai pada 2001, empat belas kelahiran badak berhasil di dokumentasikan oleh kamera dan video jebak yang dioperasikan WWF bersama dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon.



Sejak Februari 2011, pengelolaan kamera dan video jebak secara penuh dilakukan oleh Balai Taman Nasional, sementara WWF memfokuskan kegiatanya pada observasi perilaku, pola makan, serta penelitian mengenai resiko dan ancaman wabah penyakit.
Observasi terhadap pola prilaku badak dapat memberikan informasi mengenai interaksi badak dengan lingkungan sekitarnya, data-data fisiologis (misalnya tingkat respirasi) yang mengindikasikan tingkat stress dan kondisi tiap individu badak. Saat ini WWF bekerja dengan Departemen Kehutanan, Balai Taman Nasional dan masyarakat lokal untuk mengkaji kemungkinan pembuatan habitat kedua dan translokasi badak –yang telah diseleksi terlebih dahulu berdasarkan kondisi kesehatan dan fertilitas-nya) untuk menginisiasi populasi baru sambil tetap melindungi populasi aslinya di Taman Nasional Ujung Kulon.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar